Untuk memudahkan proses perjodohan, sebaiknya kedua calon induk sudah dalam kondisi jinak. Lebih baik lagi jika kedua burung merupakan rawatan lama atau dirawat sejak lolohan. Dengan begitu, proses perjodohan menjadi lebih mudah. Burung juga tidak gampang stres.
2. Proses penyatuan dilakukan petang / malam hari
Jika kedua burung sudah berjodoh, biasanya ditandai dengan berkicau sahut-menyahut dalam sangkar masing-masing yang didempetkan. Burung jantan akan memberikan pakan kepada betinanya. Keduanya maunya terus berdekatan, termasuk saat tidur.
Kalau sudah terlihat tanda-tanda berjodoh seperti itu, burung jantan dan betina bisa disatukan. Pilihlah waktu petang / senja atau malam hari untuk menyatukan mereka. Cara ini akan membuat kedua burung segera tidur berdekatan.
Esok hari, burung dipantau apakah salah satunya menunjukkan sikap agresif atau tetap rukun.
3. Semprot burung agresif dengan sprayer
Jika salah satu burung tetap agresif dan menyerang burung lainnya, tindakan yang bisa dilakukan adalah menyemprot burung agresif tersebut menggunakan sprayer. Ingat, penyemprotan ini hanya dilakukan jika burung menunjukkan tanda-tanda agresif terhadap pasangannya.
Untuk itu, diperlukan pemantauan rutin dari perawatnya. Setelah beberapa hari, biasanya burung agresif akan kembali bersikap normal, dan mau menerima pasangannya, sehingga penangkaran bisa dilanjutkan.
Terkadang, setelah kedua induk dipindah ke kandang ternak, muncul masalah lain seperti induk betina tak mau bertelur, induk membuang telur, induk tak mau merawat anaknya, bahkan membunuh anak-anaknya.
Secara umum, masalah-masalah ini dapat terjadi akibat banyak gangguan dalam kandang penangkaran mereka. Misalnya lokasi kandang kurang nyaman, terlalu berdekatan dengan sumber suara yang bising atau berisik, terlalu dekat dengan sumber asap / polusi udara, banyak hewan pengganggu seperti semut, cicak, anjing atau kucing yang lalu-lalang di sekitar kandang mereka, atau gangguan dari pemilik karena terlalu sering melihat sarang.
Bentuk gangguan yang juga bisa terjadi adalah pemilik / perawat kerap mengubah posisi kandang ternak, misalnya untuk tujuan penjemuran. Padahal induk sedang menyusun sarang atau mengerami telurnya. Hal tersebut sering terjadi terutama pada burung yang ditangkarkan dalam kandang hariannya.
Untuk mengatasi masalah ini, tentu saja yang harus dilakukan adalah berusaha meminimalisasi gangguan tersebut.
Sedangkan untuk masalah burung yang sudah berjodoh tapi tak kunjung bertelur biasanya terjadi karena beberapa hal berikut ini :
- Faktor usia: Burung terlalu muda atau justru terlalu tua.
- Faktor birahi: salah satu atau kedua induk belum mencapai kondisi birahi. Untuk mengatasi hal ini, burung bisa dipacu birahinya dengan pemberian extra fooding (EF) yang cukup, termasuk pemberian ulat hongkong dalam menu hariannya. Metode lain adalah memanfaatkan ciblek jantan lain yang gacor, sehingga burung betina terpacu birahinya, dan mengundang burung jantan untuk segera mengawininya.
Pemberian pakan yang penuh nutrisi juga menjadi salah satu hal yang bisa meminimalisasi gangguan atau masalah dalam penangkaran burung ciblek, terutama saat induk sedang mengerami telut dan merawat anaknya.
Pada saat-saat itu, kita harus menyediakan beragam variasi pakan yang tepat, termasuk EF yang harus selalu tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar