Ciblek, menurut Akuang, memiliki sejumlah kelebihan sebagai burung piaraan. Suaranya merdu, aktif berkicau, namun harganya sangat merakyat, sehingga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Karena harganya terjangkau, kicaumania pemula bisa belajar untuk merawat burung, tanpa dihantui kekhawatiran berlebihan jika burungnya mati. Sebab, hobi terhadap barang bernyawa jelas berbeda dari barang mati seperti sepeda, motor, dan mobil.
Kalau belum terbiasa merawat burung kicauan, tentu yang dirawat sulit untuk memberikan apa yang diinginkan, seperti rajin berkicau (gacor) dan aktif bergerak dengan polah yang lucu dan menghibur.
Karena itu, atas saran sahabatnya yang bernama Richard, Akuang memulai hobinya dengan membeli ciblek. “Kebetulan Richard bekerja di Toko Burung Hose milik Om Joni Huang di Talang Jauh, Jambi. Richard juga yang menyarankan saya untuk memulai hobi burung dengan memelihara ciblek,” kata Akuang.
Akuang (Kiri) Bersama Bang Richard (Kanan) |
Dia juga mengikuti cara-cara pemeliharaan seperti yang disarankan Richard, yang diakuinya sebagai senior dalam memandu hobi kicauannya. “Kalau ada apa-apa dengan ciblek, kita tidak terlalu merugi karena harganya murah. Tetapi jika bisa merawat dengan baik, suatu saat kita bisa merawat burung kicauan lain seperti murai batu dan kacer,” tuturnya.
Hanya sepekan memelihara ciblek, yang diberinya nama Spagetti, Akuang mencoba menurunkannya dalam Lomba Burung Berkicau Friendship Cup di Jambi, 1 November lalu. Eh, bisa masuk tiga besar, atau menjadi juara ketiga.
Burung kemudian dicoba di beberapa even lain dalam satu setengah bulan terakhir ini, dan selalu masuk tiga besar. Meski belum pernah menjadi juara pertama, Spagetti sudah beberapa kali menjadi runner-up dan juara 3.
“Tujuan saya berlomba memang bukan sekadar mencari kemenangan. Tetapi ingin mencoba burung hasil rawatan sendiri, sekaligus mencari teman kicaumania sebanyak-banyaknya,” tambah Akuang.
Dari pengalamannya ini, Akuang tak setuju dengan pendapat sebagian orang bahwa hobi kicauan itu mahal. Kalau kita memulainya dari jenis burung yang harganya murah, seperti ciblek dan pleci, tentu biaya perawatan tidak terlalu besar.
Setelah makin terlatih merawat ciblek, kini Akuang mulai mencoba memelihara jenis burung lainnya, seperti kenari dan murai batu. “Semuanya juga saya beli dari Toko Burung Hose. Saya sudah percaya kualitas burung-burung yang dijual Om Joni Huang,” kata Akuang.
Om Richard juga membenarkan, ciblek bisa dijadikan burung pembelajaran bagi pemula. “Lebih baik memelihara dan merawat burung yang harganya murah, tetapi kicauannya bagus dan rajin berkicau seperti ciblek, daripada langsung beli burung mahal tapi mati gara-gara belum terampil merawat,” kata dia.
Banyak pemula ketika membeli burung mahal dihantui kecemasan kalau burungnya tidak bunyi, atau malah mati, sehingga perawatan malah kurang maksimal. Karena itu, sebaiknya dilakukan bertahap, mulai dari burung yang berharga murah.
nyimak
BalasHapus